Jumat, 10 Januari 2025

Air Nabiz ( An-Nabidz/النبيذ ) Segar dan Baik Untuk Kesehatan Badan





Air Nabiz ( An-Nabidz/النبيذ ) Segar dan Baik Untuk Kesehatan Badan

     An-Nabidz/النبيذ adalah minuman yang terbuat dari rendaman kurma, kismis, anggur, madu atau semisal dibiarkan semalam sampai terasa manis serta tidak boleh lebih dari 3 hari (karena bisa berubah sifat dan menjadi khamr yang memabukkan)

2004 حدثنا عبيد الله بن معاذ العنبري حدثنا أبي حدثنا شعبة عن يحيى بن عبيد أبي عمر البهراني قال سمعت ابن عباس يقول كان رسول الله صلى الله عليه وسلم ينتبذ له أول الليل فيشربه إذا أصبح يومه ذلك والليلة التي تجيء والغد والليلة الأخرى والغد إلى العصر فإن بقي شيء سقاه الخادم أو أمر به فصب

.... Aku mendengar Ibnu ‘Abbaas berkata : Rasulullah  pernah dibuatkan perasan nabiidz di awal malam, lalu beliau meminumnya di waktu pagi/shubuh pada hari itu dan malam harinya,  kemudian lusanya dan malam harinya, hingga keesokan harinya sampai waktu ‘Ashar (yaitu hari ketiga setelah minuman itu dibuat). Jika minuman itu masih tersisa, maka beliau memberikannya kepada al-khadim (pembantu beliau) atau memerintahkannya untuk dibuang”. (HR Muslim)

قال الإمام النووي رحمه الله : في هذه الأحاديث دلالة على جواز الانتباذ ، وجواز شرب النبيذ ما دام حلوا لم يتغير ولم يغل ، وهذا جائز بإجماع الأمة ، وأما سقيه الخادم بعد الثلاث وصبه ، فلأنه لا يؤمن بعد الثلاث تغيره ، وكان النبي صلى الله عليه وسلم يتنزه عنه بعد الثلاث .
وقوله : ( سقاه الخادم أو صبه ) معناه تارة : يسقيه الخادم ، وتارة يصبه ، وذلك الاختلاف لاختلاف حال النبيذ ، فإن كان لم يظهر فيه تغير ونحوه من مبادئ الإسكار سقاه الخادم ولا يريقه ؛ لأنه مال تحرم إضاعته ، ويترك شربه تنزها ، وإن كان قد ظهر فيه شيء من مبادئ الإسكار والتغير أراقه ؛ لأنه إذا أسكر صار حراما ونجسا ، فيراق ولا يسقيه الخادم ؛ لأن المسكر لا يجوز سقيه [ ص: 152 ] الخادم كما لا يجوز شربه ، وأما شربه صلى الله عليه وسلم قبل الثلاث فكان حيث لا تغير ، ولا مبادئ تغير ، ولا شك أصلا . والله أعلم .
شرح النووي على مسلم، كتاب الأشربة - النووي - أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي

Imam An-Nawawi rahimahullah berkata : “Dalam hadits-hadits ini menunjukkan bolehnya al-intibadz (proses merendam kurma, kismis, madu atau sejenisnya) dan bolehnya minum nabidz selama masih terasa manis, belum berubah, dan belum menggelegak (berbuih). Hal ini diperbolehkan berdasarkan ijma’ umat. Adapun memberikan minum kepada pembantu (khadiim) setelah tiga hari dan membuangnya setelah tiga hari, karena beliau tidak merasa aman setelah tiga hari itu dari berubahnya nabiidz tadi. Adalah Nabi menjauhi nabiidz setelah masa tiga hari (dari pembuatan).
Dan perkataannya (Ibnu ‘Abbaas) : ‘beliau memberikannya kepada pembantu beliau atau memerintahkannya untuk dibuang’; maknanya adalah kadang beliau memberikan kepada pembantunya kadang beliau memerintahkan untuk membuangnya. Perbedaan perbuatan beliau tersebut karena perbedaan kondisi nabiidz. Seandainya tidak ada perubahan yang mengindikasikan minuman tersebut memabukkan, maka beliau memberikannya kepada pembantu beliau dan tidak membuangnya, karena ia termasuk jenis harta yang diharamkan disia-siakan. Beliau tidak meminumnya untuk menjaga diri. Namun seandainya terjadi perubahan yang mengindikasikan minuman tersebut memabukkan dan berubah (menjadi khamr), beliau membuangnya. Karena jika minuman tersebut menyebabkan mabuk, jadilah ia haram dan najis. Beliau  membuangnya dan tidak memberikannya kepada pembantunya (untuk diminum). Minuman yang memabukkan yang tidak boleh diberikan kepada pembantu sebagaimana tidak diperbolehkan meminumnya sendiri. Mengenai Nabi meminumnya sebelum tiga hari, hal itu dikarenakan belum berubah karakternya, tidak ada indikasi perubahan, dan tidak ada keraguan (bahwa ia halal) secara asal. Wallaahu a’lam (Syarh an-Nawawi ala shahih muslim, Kitab Asyribah hal. 151-152)


Minuman Nabidz Baik Untuk Kesehatan

     Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah dalam kitab Zaadul Ma'ad jilid 4 halaman 208-209 menjelaskan,

قالت عائشة : كان أحب الشراب إلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ( الحلو البارد ) . وهذا يحتمل أن يريد به الماء العذب ، كمياه العيون والآبار [ ص: 209 ] الحلوة ، فإنه كان يستعذب له الماء . ويحتمل أن يريد به الماء الممزوج بالعسل ، أو الذي نقع فيه التمر أو الزبيب . وقد يقال - وهو الأظهر - : يعمهما جميعا .(زاد المعاد ج ٤ ص٢٠٩ - ابن قيم الجوزية)

Aisyah berkata, "Minuman yang paling disukai Rasulullah minuman manis yang dingin.”
Kemungkinan maksudnya adalah air yang segar seperti mata air dan sumur yang manis, air ini memang segar. Bisa juga maksudnya adalah rendaman air campuran madu, kurma dan kismis -pendapat ini lebih kuat-.” hal ini berlaku untuk keduanya.

     Ibnu Qayyim Al-Jauziyah juga menjelaskan bahwa bentuk minuman seperti ini bisa lebih menjaga kesehatan karena segarnya dan membuat tubuh menjadi “fresh”. Beliau berkata,

والمقصود : أنه إذا كان باردا ، وخالطه ما يحليه كالعسل أو الزبيب ، أو التمر أو السكر ، كان من أنفع ما يدخل البدن ، وحفظ عليه صحته ، فلهذا كان أحب الشراب إلى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - البارد الحلو . (زاد المعاد ج ٤ ص ٢٠٨ - ابن قيم الجوزية)

“Maksudnya adalah air dingin campuran dengan yang bisa membuatnya manis seperti madu, kismis, kurma atau gula. Ini lebih bermanfaat bagi badan dan bisa menjaga kesehatan tubuh. Maka ini minuman yang paling disukai Rasulullah dingin yang manis." (lihat Zaadul Ma'ad jilid 4 halaman 208)



Jumat, 03 Januari 2025

Salah Satu Contoh Hidangan Sahur atau Makan Pagi Yang Baik Untuk Kesehatan


 

Salah Satu Contoh Hidangan Sahur atau Makan Pagi Yang Baik Untuk Kesehatan


✍🏼  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

نِعْمَ سَحُورُ الْمُؤْمِنِ التَّمْرُ

"Sebaik-baik sahurnya orang mukmin adalah kurma.’" (HR. Abu Daud 2345, Ibnu Hibban 3475 dan dishahihkan Al-Albani).

✍🏼  Untuk menambah nilai gizi insya Allah bisa ditambah kacang-kacangan semisal bubur kacang hijau dan minum air secukupnya.

✍🏼  Jadi untuk sahur atau makan pagi insya Allah kita bisa makan 7 butir Kurma + segelas Nabidz at-tamr (air rendaman kurma) + 1 gelas kacang hijau + 1 gelas air (secukupnya).

Pengobatan Nabi ﷺ Itu Ada Tiga Macam


 

Pengobatan Nabi ﷺ Itu Ada Tiga Macam


وقال ابن القيم الجوزية رحمه الله في زاد المعاد (4/ 22) : "وكان علاجه صلى الله عليه وسلم للمرض ثلاثة أنواع :

أحدها: بالأدوية الطبيعية.

والثاني: بالأدوية الإلهية.

والثالث بالمركب من الأمرين" انتهى

✍🏼  Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya Zadul Ma’ad (4/22) mengatakan, “Pengobatan Nabi ﷺ itu ada tiga macam.

Pertama, pengobatan ath-thobi'iyah (natural/alamiah)

Kedua, pengobatan ilahiyah

Dan yang ketiga yaitu gabungan dari kedua hal tersebut.”


والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Jumat, 27 Desember 2024

Setiap Penyakit Ada Obatnya





Setiap Penyakit Ada Obatnya


✍🏼  Dalam Shahih Al-Bukhari tercantum sebuah hadits yang dikutip dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi bersabda,

ًمَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاء

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah juga menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari, no. 5354)

✍🏼  Dalam Shahih Muslim, dari Jabir bin ‘Abdillah, ia menyatakan bahwa Rasulullah bersabda,

ِلِكُلِّ دَاءِ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِاِذْنِ الله 

“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan idzin Allah.” (HR. Muslim, no. 2204)

✍🏼  Dalam Musnad Imam Ahmad, dari Usamah bin Syarik, bahwasanya Nabi bersabda,

ُإِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِل دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَه

“Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah juga menurunkan obatnya. Ini diketahui oleh sebagian orang dan tidak diketahui oleh yang lain.” (HR. Ahmad, 4:278, Sanad hadits ini shahih)

✍🏼  Dalam riwayat lain disebutkan,

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُؤُوسِهِمُ الطَّيْرُ، فَسَلَّمْتُ ثُمَّ قَعَدْتُ، فَجَاءَ الْأَعْرَابُ مِنْ هَهُنَا وَهَهُنَا، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: «تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ: الْهَرَمُ».  (صحيح - رواه أبو داود والترمذي والنسائي في الكبرى وابن ماجه وأحمد)

Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: Aku mendatangi Rasulullah dan para Shahabatnya seolah-olah ada burung di kepala mereka, maka aku memberi salam lalu duduk, maka telah datang orang-orang Badui dari sana-sini dan berkata: Wahai Rasulullah , apakah engkau berobat?  Maka beliau bersabda: “Berobatlah, sebab sesungguhnya Allah 'Azza Wa Jalla tidak meletakkan penyakit, melainkan Allah juga meletakkan obatnya, kecuali satu penyakit ; الْهَرَمُ (ketuarentaan, kepikunan)." (Hadits shahih. Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad).

      Dalil-dalil tersebut mencakup semua penyakit yang terdapat di hati, ruh, dan badan. Ia mencakup semua obat dari tiap-tiap penyakit tersebut.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Kamis, 19 Desember 2024

Allah Itu Asy-Syaafii ( الشَّافِي ) Dzat Yang Maha Menyembuhkan

 



Allah Itu Asy-Syaafii (الشَّافِي ) Dzat Yang Maha Menyembuhkan


     Di antara nama-nama Allah (asmaul husna) adalah Asy Syaafii (الشَّافِي ). Makna dari Asy Syaafii adalah Zat yang mampu memberikan kesembuhan, baik kesembuhan penyakit hati maupun penyakit jasmani. Kesembuhan hati dari penyakit syubhat, keragu-raguan, hasad, serta penyakit-penyakit hati lainnya, dan juga kesembuhan jasmani  dari penyakit-penyakit badan.

     Tidak ada yang mampu memberikan kesembuhan dari penyaki-penyakit tersebut selain Allah Ta’ala. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Nya. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Dia. Hal ini seperti dikatakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salaam dalam Al Qur’an :

وَاِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِيْنِۙ ۝٨٠

Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkanku.” (QS. Asy-Syu’araa: 80).

     Ayat ini menjelaskan bahwa Allah yang hakikatnya menyembuhkan manusia apabila ia sakit, baik melalui sebab atau tidak.

    Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

وَقَوْلُهُ: ﴿وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ﴾ أَسْنَدَ الْمَرَضَ إِلَى نَفْسِهِ، وَإِنْ كَانَ عَنْ قَدَرِ اللَّهِ وَقَضَائِهِ وخلَقْه، وَلَكِنْ أَضَافَهُ إِلَى نَفْسِهِ أَدَبًا، .... ولهذا قال إِبْرَاهِيمُ: ﴿وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ﴾ أَيْ: إِذَا وَقَعْتُ فِي مَرَضٍ فَإِنَّهُ لَا يَقْدِرُ عَلَى شِفَائِي أَحَدٌ غَيْرُهُ، بِمَا يُقَدِّرُ مِنَ الْأَسْبَابِ الْمُوَصِّلَةِ إِلَيْهِ.

"Kalam Allah : {وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} "dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku." (Asy-Syu'ara': 80). Sakit dinisbatkan (disandarkan) kepada diri Ibrahim, sekalipun pada kenyataannya berasal dari takdir Allah dan ketetapan-Nya, juga sebagai ciptaan-Nya, tetapi sengaja disandarkan kepada diri Ibrahim sebagai etika sopan santun terhadap Allah, ....
(Kemudian Ibnu Katsir rahimahullah juga berkata),
Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim, (sebagaimana disebutkan oleh Firman-Nya) : {وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ} "dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku." (Asy-Syu'ara': 80). Bila aku sakit, sesungguhnya tiada seorang pun selain-Nya yang dapat menyembuhkanku dengan berbagai macam sarana pengobatan apa pun yang menjadi penyebab kesembuhan."

Kamis, 12 Desember 2024

Qur'an Sebagai Syifaa' Dan Rahmat Bagi Orang Mukmin







Al-Qur'an Sebagai Syifaa' Dan Rahmat Bagi Orang Mukmin

Rasulullah ﷺ bersabda :
خير الدواء القرآن
“Sebaik-baik obat adalah Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Majah)

قال ابن القيم رحمه الله :

"قُرْآنٌ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ} [الإسراء: 82] وَالصَّحِيحُ: أَنَّ "مِنْ" هَاهُنَا، لِبَيَانِ الْجِنْسِ لَا لِلتَّبْعِيضِ، وَقَالَ تَعَالَى: {يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ} [يونس: 57] .

فَالْقُرْآنُ هُوَ الشِّفَاءُ التَّامُّ مِنْ جَمِيعِ الْأَدْوَاءِ الْقَلْبِيَّةِ وَالْبَدَنِيَّةِ، وَأَدْوَاءِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَا كُلُّ أَحَدٍ يُؤَهَّلُ وَلَا يُوَفَّقُ لِلِاسْتِشْفَاءِ بِهِ، وَإِذَا أَحْسَنَ الْعَلِيلُ التَّدَاوِيَ بِهِ، وَوَضَعَهُ عَلَى دَائِهِ بِصِدْقٍ وَإِيمَانٍ، وَقَبُولٍ تَامٍّ، وَاعْتِقَادٍ جَازِمٍ، وَاسْتِيفَاءِ شُرُوطِهِ، لَمْ يُقَاوِمْهُ الدَّاءُ أَبَدًا.

وَكَيْفَ تُقَاوِمُ الْأَدْوَاءُ كَلَامَ رَبِّ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ الَّذِي لَوْ نَزَلَ عَلَى الْجِبَالِ لَصَدَّعَهَا، أَوْ عَلَى الْأَرْضِ لَقَطَّعَهَا، فَمَا مِنْ مَرَضٍ مِنْ أَمْرَاضِ الْقُلُوبِ وَالْأَبْدَانِ إِلَّا وَفِي الْقُرْآنِ سَبِيلُ الدِّلَالَةِ عَلَى دَوَائِهِ وَسَبَبِهِ، وَالْحَمِيَّةِ مِنْهُ لِمَنْ رَزَقَهُ اللَّهُ فَهْمًا فِي كِتَابِهِ. انتهى من زاد المعاد (٤\٣٢٢-٣٢٣) - ابن القيم الجوزية.

✍🏼  Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah mengatakan :

”Kalam Allah Ta’ala,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ ( الإسراء/82 )

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu Syifaa' (yang menjadi penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Isra’: 82).
Yang benar bahwa huruf Min dalam ayat ini untuk menjelaskan jenis (Li Bayanil Jinsi) bukan untuk menunjukkan makna sebagian (Lit Tab’idh). Sebagaimana kalam Allah Ta’ala,

يَاأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ 

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.’ (QS. Yunus : 57).

Maka, Al-Qur’an itu adalah penyembuhan yang sempurna untuk semua penyakit qolbiyyah (hati/mental) dan penyakit badaniyyah (fisik). Begitu pula penyakit dunia dan penyakit akhirat.
Namun tidak semua orang layak dan berhak untuk mencari penyembuhan dengan Al-Qur’an.
Jika orang yang sakit itu bertindak benar dalam berobat dengan Al-Qur’an dan menempatkan Al-Qur’an itu pada penyakitnya dengan penuh kejujuran, keimanan, penerimaan terhadap taqdir dengan sempurna disertai dengan keyakinan yang mantap, dan juga memenuhi syarat-syaratnya, maka selamanya penyakit itu tidak akan mampu menyerangnya.

Bagaimana mungkin penyakit itu akan melawan kalam Rabb langit dan bumi? Seandainya saja Al-Qur’an itu diturunkan ke gunung, gunung saja bisa hancur, atau kalau diturunkan ke bumi, bumi saja bisa pecah. Tidak ada penyakit qolbiyyah (mental/hati) dan fisik, kecuali di dalam Al-Qur’an ada jalan yang menunjukkan pada obat dan sebabnya serta perlindungan dari penyakit tersebut. Hal itu tentu bagi orang yang diberi pemahaman yang benar terhadap kitab suci-Nya."
📖 lihat Zadul Ma’ad, 4/322-323.

وقال رحمه الله في زاد المعاد (4/ 22) : "وكان علاجه صلى الله عليه وسلم للمرض ثلاثة أنواع :

أحدها: بالأدوية الطبيعية.

والثاني: بالأدوية الإلهية.

والثالث بالمركب من الأمرين" انتهى.

✍🏼  Ibnu Al-Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya Zadul Ma’ad (4/22) mengatakan, “Pengobatan Nabi  itu ada tiga macam.

Pertama, pengobatan natural.

Kedua, pengobatan ilahiyah

Dan yang ketiga yaitu gabungan dari kedua hal tersebut.”

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Jumat, 06 Desember 2024

Doa Ruqyah Untuk Mengobati Penyakit


 


Doa Ruqyah Untuk Mengobati Penyakit


عن أنس رضي الله عنه أنه قَالَ لِثابِتٍ رحمه اللهُ: ألاَ أرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ؟ قال: بلى، قال: «اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، مُذْهِبَ البَأسِ، اشْفِ أنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلاَّ أنْتَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقماً».  
(صحيح) - (رواه البخاري)

       Dari Anas rodhiyallāhu 'anhu ia berkata kepada Tsābit roḥimahullāh, "Maukah engkau aku ruqyah dengan ruqyah Rosulullah ?" Ia menjawab, "Ya." Anas mengucapkan,

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ، مُذْهِبَ البَأسِ، اشْفِ أنْتَ الشَّافِي، لاَ شَافِيَ إِلاَّ أنْتَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقماً

"Ya Allah! Pemelihara manusia, penghilang kesusahan, sembuhkanlah. Engkaulah Asy-Syafiy (Maha Penyembuh), tidak ada penyembuh kecuali Engkau, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit."  
(Hadits shahih) - ([Diriwayatkan Al-Bukhori)

وقد أجمع العلماء على جواز الرقى عند اجتماع ثلاثة شروط: 1-أن يكون بكلام اللّه تعالى أو بأسمائه أو بصفاته. 2-وأن يكون باللسان العربي أو بما يعرف معناه من غيره، ويستحب أن تكون بالألفاظ الواردة في الأحاديث. 3-أن يعتقد أن الرقية لا تؤثر بذاتها بل بتقدير اللّه تعالى .  

       Para ulama berkonsensus (ijma') bahwa ruqyah dibolehkan ketika sudah terkumpul tiga syarat  :
(1) Dengan Kalāmullāh (kalam Allah) atau nama-nama-Nya atau sifat-sifat-Nya.
(2) Dengan bahasa Arab atau dengan doa yang maknanya diketahui oleh orang lain. Disunahkan ruqyah itu dengan redaksi yang disebutkan dalam berbagai hadits.
(3) Hendaknya meyakini bahwa ruqyah itu sendiri tidak ada pengaruhnya (terhadap kesembuhan) tetapi itu (terjadi) dengan ketentuan Allah Ta'ala.

والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين

Madu Lebah Ada Beraneka Warna Dan Terkandung Obat Untuk Manusia

Madu Lebah Ada Beraneka Warna Dan Terkandung Obat Untuk Manusia وَقَوْلُهُ تَعَالَى ﴿يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُه...