Makanan Dan Minuman Halalan Thoyyiban
Yang Disebut Dalam Al Qur'an Dan Hadits
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (87) وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ (88)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kalian, dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kalian, dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman kepada-Nya." (QS. Al Maidah : 87-88)
Insya Allah itu semua termasuk makanan dan minuman kesukaanku. Bagi siapa yang mengharamkannya, maka berarti telah ghuluw sebagaimana tafsir ayat. Dan bagi siapa yang menghalalkan semua makanan di bumi, maka telah berbuat tafrith sebagaimana orang Nashrani ataupun manusia pemakan bangkai yang "nggragas" sehingga menghalalkan bangkai ulat (beserta metamorfosisnya yang punya ruh), kutu, cacing, lalat, lipan, cicak, semua jenis serangga dan semua al hasyarat yang hidup di darat yang mati dalam keadaan tidak disembelih sesuai syari'at yang diajarkan Nabi dan para Shahabat.
Itu sebabnya tidak usah heran jika diriku gemar konsumsi buah-buahan dan madu. Tidak usah heran jika diriku hampir tiap hari konsumsi tepung terigu yang terbuat dari gandum. Atau suka beli ikan kering tawar (ikan layur, udang kering, jambrong atau semisal) yang harganya sekitar 30-40an ribu dapat 500 gram bisa untuk 1 bulan. dst.
Allah Ta'ala telah menyebutkan bahwa Islam itu agama yang wasath yaitu pertengahan antara ghuluw (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan). Allah Ta'ala berfirman :
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
"Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu, umat yang pertengahan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas perbuatan kamu." (QS. Al-Baqarah: 143). Semua syari’at baik i’tiqad (keyakinan), ibadah maupun muamalah dibangun di atas konsep ini.
والله تعالى أعلم بالصواب، والحمد لله رب العالمين.
Jawaban Atas Pertanyaan Allah Di Dalam Ayat Ini
Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu , dia berkata:
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَرَأَ عَلَيْهِمْ سُورَةَ الرَّحْمَنِ مِنْ أَوَّلِهَا إِلَى آخِرِهَا فَسَكَتُوا فَقَالَ: (( لَقَدْ قَرَأْتُهَا عَلَى الْجِنِّ لَيْلَةَ الْجِنِّ فَكَانُوا أَحْسَنَ مَرْدُودًا مِنْكُمْ كُنْتُ كُلَّمَا أَتَيْتُ عَلَى قَوْلِهِ { فَبِأَىِّ آلاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ } قَالُوا: لاَ بِشَىْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ.
Rasûlullâh ﷺ keluar untuk menemui para Sahabat Beliau, kemudian Beliau ﷺ membacakan surat Ar-Rahmân kepada mereka dari awal hingga akhir surat, kemudian mereka pun diam. Kemudian Beliau berkata, “Saya telah membaca surat ini kepada para jin di malam pertemuan dengan jin, kemudian mereka lebih baik responnya daripada kalian. Ketika saya membaca ayat, (yang artinya, “Maka nikmat-nikmat Rabb kalian yang manakah yang kalian berdua dustakan?” Mereka menjawab, “Tidak ada sesuatu apapun dari nikmatmu wahai Rabb kami yang kami dustakan, untuk-Mu segala pujian.” ( HR At-Tirmidzi no. 3291 dan Al-Hâkim II/215/3766. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Sesuai syarat al-Bukhâri dan Muslim.” Syaikh al-Albâni rahimahullah menghasankan hadits ini dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi.)
Ketika Allâh Ta'ala mengatakan hal tersebut, kita dianjurkan untuk menjawab seperti jawaban jin yang disampaikan oleh Rasûlullâh ﷺ yaitu:
لاَ بِشَىْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ.
"Tidak ada sesuatu apapun dari nikmatmu wahai Rabb kami yang kami dustakan, untuk-Mu segala pujian." (lihat sebagaimana dalam HR At-Tirmidzi no. 3291 dan Al-Hâkim II/215/3766. Imam Adz-Dzahabi mengatakan, “Sesuai syarat al-Bukhâri dan Muslim.” Syaikh al-Albâni rahimahullah menghasankan hadits ini dalam Shahîh Sunan at-Tirmidzi.)
Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma ketika dibacakan ayat ini, beliau Radhiyallahu anhuma berkata :
لَا بِأيِّهَا يَا رَبّ
(Saya tidak mendustakan) sedikit pun dari kenikmatan-kenikmatan tersebut wahai Rabb-ku. (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Ar Rohman : 13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar