Senin, 10 Juli 2023

Berbahagia Dengan Lima Pekerjaan Idaman Dan Mulia





 

Berbahagia Dengan Lima Pekerjaan Idaman Dan Mulia
Niatkan Ibadah Semoga Barokah Wal Alhamdulillah


1.  Jihad Fis Sabilillah Dengan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

     Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam, sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman. Allah Ta'ala berfirman :

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq.“ (QS. Ali Imron :110)

     Demikian pula Allah membedakan kaum mukminin dari kaum munafiqin dengan hal ini. Allah Ta’ala berfirman :

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana“. (QS. At-Taubah:71)

2.  Pelihara Kambing

     Setiap nabi pernah mengembalakan kambing. Para ulama menjelaskan hikmahnya diantaranya karena mengembalakan kambing membutuhkan kesabaran dan ketekunan yang akan membentuk karakter kebaikan pada seseorang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »

“Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.” Mereka para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Iya, saya telah menggembala dengan imbalan beberapa qirath (mata uang dinar) dari penduduk Mekah.” (HR. Bukhari, no. 2262)

   عن أم هانئ، أن النبي صلى الله عليه وسلم، قال لها: «اتخذي غنما فإن فيها بركة» (سنن ابن ماجه. حديث رقم: 2304)

     Dari Ummu Hani radhiyallahu ‘anha, Nabi ﷺ bersabda padanya : “Peliharalah kambing karena kambing itu penuh berkah.” (HR. Ibnu Majah, no. 2304. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.)

     عن أبي هريرة رضي الله عنه عن رسولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أنه قالَ: "مِن خَيرِ مَعَاشِ النّاسِ لهم رَجُلٌ مُمْسِكٌ عِنَانَ فَرسِهِ في سبيلِ اللهِ، يَطيرُ على مَتنِهِ كُلَّما سَمِعَ هَيْعَةً أو فَزعَةً، طَارَ عَليه يَبْتَغِي القَتْلَ، أو المَوتَ مَظانَّه، أو رَجلٌ في غُنَيمَةٍ في رأسِ شَعفَةٍ من هذه الشَّعَفِ، أو بطنِ وادٍ من هذه الأوديةِ، يُقيمُ الصلاةَ، ويُؤتِي الزكاةَ، ويَعبدُ ربَّهُ حتى يَأتِيَه اليقينُ، ليسَ من النَّاسِ إلا في خيرٍ". [صحيح] - [رواه مسلم]

     Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah , bahwasanya beliau bersabda, “Di antara sebaik-baik sumber kehidupan manusia adalah seorang pria yang memegang tali kekang kudanya (berjihad) di jalan Allah, ia terbang di atas punggungnya, setiap kali ia mendengar suara atau gemuruh perang, ia terbang di atas punggungnya ketika mendengar panggilan jihad, ia terbang di atas punggungnya karena ingin berperang atau mencari kematian di peperangan; Atau seseorang yang menggembala kambing di puncak gunung yang tinggi, atau di salah satu lembah dari lembah-lembah ini, ia juga menegakkan salat, menunaikan zakat, beribadah kepada Tuhannya hingga kematian menjemputnya, dan tidaklah (ia bersama) manusia melainkan dalam kebaikan.”  
(Hadits shahih - Diriwayatkan Muslim)

عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه قالَ: قالَ رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : "يُوشَكُ أنْ يكونَ خيرَ مالِ المسلمِ غَنَمٌ يَتَّبعُ بها شَعَفَ الجبالِ، ومواقعَ القطرِ يَفِرُّ بدينِهِ من الفتنِ". (صحيح) - (رواه البخاري)

     Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyaallahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda : "Hampir datang masanya bahwa sebaik-baik harta seorang Muslim itu adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung serta tempat-tempat subur, karena menjauhi berbagai fitnah yang mengganggu agamanya."  (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Al Bukhari)

3.  Bertani/Berkebun

     Allah Ta’ala berfirman :

أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَحْرُثُونَ، أَأَنْتُمْ تَزْرَعُونَهُ أَمْ نَحْنُ الزَّارِعُونَ، لَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَاهُ حُطَامًا

“Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering” (QS. Al Waqi’ah: 64).

     Nabi ﷺ bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ

“Tidaklah seorang Muslim yang menanam tanaman atau bertani, lalu ia memakan hasilnya atau orang lain dan binatang ternak yang memakan hasilnya, kecuali semua itu dianggap shodaqoh baginya” (HR. Al Bukhari 2320). Rasulullah ﷺ juga ketika ditanya,

أيُّ الكسبِ أطيبُ ؟ قال : كسبُ الرَّجلِ بيدِه ، وكلُّ بيعٍ مبرورٍ

“Penghasilan apakah yang terbaik?” Beliau menjawab: “Penghasilan seseorang dari hasil jerih payah tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur” (HR. Al Baihaqi dalam Ash Shaghir 2/237, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib 1688).

     Dan tidak diragukan lagi bahwa bertani/bercocok tanam termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan tangan. Beliau juga bersabda :

إن قامتِ السَّاعةُ وفي يدِ أحدِكم فسيلةٌ فليغرِسْها

“Jika qiamat telah datang, dan ketika itu kalian memiliki cangkokan tanaman, tanamlah!” (HR. Al Bazzar 14/17, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 9).

     Kemudian perlu diingat walau bertani/berkebun memiliki keutamaan, tapi hendaknya jangan sampai melalaikan. Sebagaimana Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya, setelah menulis bab berjudul :

بَابُ فَضْلِ الزَّرْعِ وَالغَرْسِ إِذَا أُكِلَ مِنْهُ

“Bab: keutamaan bertani dan bercocok tanam jika hasilnya dimakan” maka imam Al Bukharu pada bab setelahnya menulis bab berjudul:

بَابُ مَا يُحَذَّرُ مِنْ عَوَاقِبِ الِاشْتِغَالِ بِآلَةِ الزَّرْعِ، أَوْ مُجَاوَزَةِ الحَدِّ الَّذِي أُمِرَ بِهِ

“Bab: ancaman terhadap akibat dari terlalu sibuk dengan alat-alat pertanian, atau berlebihan dalam menggunakannya hingga melewati batasan yang dituntut.”

4.  Berdagang Dengan Jujur

     Rasulullah bersabda:

التاجر الصدوق الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء

“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209, ia berkata: “Hadits hasan, aku tidak mengetahui selain lafadz ini”)

عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ»

Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab: “Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap perdagangan yang mabrur (baik)” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 5/263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 607)

5.  Pelihara Lebah Madu

وَاَوْحٰى رَبُّكَ اِلَى النَّحْلِ اَنِ اتَّخِذِيْ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوْتًا وَّمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُوْنَۙ

"Dan Robb-mu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia," (QS. An Nahl : 68)

     Dari Abdullah bin Amru radhiallahu’anhu ia berkata, Rasulullah bersabda :

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak.” (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Ahmad Syakir)

     Al Munawi rahimahullah berkata:

: “ووجه الشبه: حذق النحل، وفِطنته، وقلة أذاه، وحقارته، ومنفعته، وقنوعه، وسعيه في النهار، وتنزُّهه عن الأقذار، وطيب أكله، وأنه لا يأكل مِن كسب غيره، وطاعته لأميره، وأن للنحل آفاتٍ تقطعه عن عمله، منها: الظلمة، والغَيْم، والريح، والدخَان، والماء، والنار، وكذلك المؤمن له آفات تُفقِره عن عمله؛ ظلمة الغفلة، وغَيْم الشك، وريح الفتنة، ودخَان الحرام، ونار الهوى

“Sisi kesamaannya adalah bahwa lebah itu cerdas, ia jarang menyakiti, rendah (tawadlu), bermanfaat, selalu merasa cukup (qona’ah), bekerja di waktu siang, menjauhi kotoran, makananya halal nan baik, ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain, amat taat kepada pemimpinnya, dan lebah itu berhenti bekerja bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api. Demikian pula mukmin amalnya terkena penyakit bila terkena gelapnya kelalaian, mendungnya keraguan, angin fitnah, asap haram, dan api hawa nafsu.” (lihat Faidlul Qadiir, 5/115)

Minggu, 09 Juli 2023

Bolehkah Menjual Air Zamzam?



 

Bolehkah Menjual Air Zamzam ?
هل يجوز بيع ماء زمزم؟

 السؤال

سمعت من شخص أنه لا يجوز بيع ماء زمزم، فهل هذا صحيح؟ وهل يجوز للشخص ان يأخذ ماء زمزم من الحرم ثم يعود الى بلده أو بلد أخر فيبيعه؟ وما الدليل؟

الجواب

الحمد لله.
الأصل أنه لا يجوز بيع الماء ما دام في نبعه ، أو في مجراه ، فإذا حازه أحد ، وأخذه في إنائه ـ مثلاً ـ فله بيعه بلا خلاف بين العلماء .

قال ابن قدامة رحمه الله في "المغني" (4 / 215) :
" وأما ما يحوزه من الماء في إنائه فإنه يملكه بذلك وله بيعه بلا خلاف بين أهل العلم ... وعلى ذلك مضت العادة في الأمصار ببيع الماء في الروايا من غير نكير ، وليس لأحد أن يشرب منه ولا يتوضأ ولا يأخذ إلا بإذن مالكه ، وكذلك لو وقف على بئره أو بئر مباح فاستقى بدلوه أو بدولاب أو نحوه فما يرقيه من الماء فهو ملكه وله بيعه لأنه ملكه بأخذه في إنائه . قال أحمد : إنما نهى عن بيع فضل ماء البئر والعيون في قراره ، ويجوز بيع البئر نفسها والعين ومشتريها أحق بمائها " انتهى باختصار .

وسئل الشيخ الفوزان حفظه الله : هل يجوز بيع الماء ؟ ومتى ‏؟‏
فأجاب : " في ذلك تفصيل : إذا كان حاز الماء في وعائه أو بركته فإنه يملكه ويجوز له أن يبيعه ؛ لأنه حازه واستولى عليه وتعب في تحصيله ، فصار ملكًا له .
أما إذا كان الماء باقيًا في البئر أو في النهر أو في المجرى الذي يجري في ملكه فهذا فيه خلاف بين أهل العلم ، والصحيح أنه لا يجوز له بيعه ، بل يكون هو أولى بالانتفاع به من غيره ، وليس له أن يمنع الآخرين من الانتفاع به انتفاعًا لا يضره هو ولا يضر في ملكه ؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن بيع فضل الماء " انتهى .
"المنتقى" (3/13) .

ولا فرق في هذا بين ماء زمزم وغيره .

قال الشيخ ابن باز رحمه الله : " لا حرج في بيع ماء زمزم ، ولا في نقله من مكة " انتهى ."مجموع فتاوى ابن باز" (16 / 138) .
والله تعالى أعلم .

https://islamqa.com/ar/answers/150559


Pertanyaan :
“Aku pernah mendengar dari seseorang bahwa jual beli air zamzam itu terlarang. Apakah pernyataan ini benar? Apakah (seseorang) diperbolehkan untuk mengambil air zamzam di Masjidil Haram kemudian kembali ke negaranya lalu menjual air zamzam tersebut? Adakah dalil dalam masalah ini?”

Jawaban :
     “Pada dasarnya, tidaklah diperbolehkan untuk menjual air yang masih berada di sumbernya atau salurannya. Namun, jika air tersebut telah disendirikan dan dimasukkan ke dalam wadah tertentu, misalnya, maka air tersebut boleh dijual, tanpa ada perselisihan pendapat di antara para ulama dalam hal ini.

     Ibnu Qudamah Al-Hanbali dalam Al-Mughni, 4:215 mengatakan, ‘Adapun air yang sudah disendirikan dengan dimasukkan ke dalam wadah tertentu maka air tersebut menjadi milik orang yang mengambilnya dan dia boleh menjualnya, tanpa ada perselisihan pendapat di antara para ulama dalam hal ini. Inilah kebiasaan yang berlaku di berbagai kota; air dalam wadah diperjualbelikan tanpa ada satu pun ulama yang menyalahkannya.
Tidak boleh bagi siapa pun untuk minum, berwudhu, atau pun mengambil air yang sudah ada dalam wadah tanpa seizin pemiliknya. Demikian pula, jika seorang berdiri di dekat sumur umum atau sumur pribadinya, lalu dia mengambil air secara manual atau pun mekanik maka semua air yang bisa dia naikkan ke atas adalah miliknya dan dia boleh menjualnya karena air tersebut miliknya dengan dia masukkan air tersebut ke dalam wadahnya.’
Imam Ahmad mengatakan, ‘Jual beli air yang tersisa dari kebutuhan adalah air tersisa yang masih ada di sumur atau pun mata air.’ Diperbolehkan menjual sumur dan mata air milik pribadi. Pembeli sumur tersebut lebih berhak terhadap air yang ada di dalamnya daripada selain dia.’

     Syekh Shalih Al-Fauzan mendapatkan pertanyaan mengenai apakah diperbolehkan menjual air dan kapankah jualan air diperbolehkan?
Jawaban beliau, ‘Jawaban pertanyaan ini perlu rincian. Jika seorang itu menguasai air dengan bentuk dia masukkan air ke dalam wadah atau bak miliknya maka air tersebut telah menjadi miliknya, sehingga dia boleh menjualnya. Alasannya, karena air tersebut telah dia sendirikan, dia kuasai, dan dia pun telah susah payah untuk mendapatkannya, sehingga air tersebut menjadi miliknya.
Adapun jika posisi air tersebut masih di berada di dalam sumur pribadi, sungai, atau pun saluran air yang melewati tanah miliknya maka boleh/tidaknya menjual air dalam kondisi semisal ini diperselisihkan oleh para ulama. Pendapat yang benar, pemilik tanah tidak boleh menjual air yang masih berada di sumbernya, namun dialah yang lebih berhak memanfaatkan air yang ada di tanahnya daripada orang lain. Akan tetapi, dia tidak diperkenankan untuk melarang orang lain yang mau memanfaatkan air yang ada di tanahnya, asalkan pemanfaatan tersebut tidak membahayakan pemilik atau harta pemilik tanah, karena Nabi melarang jual beli yang bersisa dari kebutuhan seseorang.’ (Al-Muntaqa, 3:13)

     Aturan di atas berlaku untuk semua air, baik air zamzam atau air lainnya.

     Syekh Ibnu Baz mengatakan, ‘Tidaklah mengapa memperdagangkan air zamzam atau pun memindahnya dari Mekkah.’ (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 16:138)”
Wa Allahu ta'ala a'lam.

Diterjemahkan dari http://islamqa.com/ar/ref/150559











Madu Lebah Ada Beraneka Warna Dan Terkandung Obat Untuk Manusia

Madu Lebah Ada Beraneka Warna Dan Terkandung Obat Untuk Manusia وَقَوْلُهُ تَعَالَى ﴿يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُه...